Monday, June 28, 2010

KEWAJIBAN DALAM MENUNTUT ILMU (2)

SAMBUNGAN DARI KEWAJIBAN DALAM MENUNTUT ILMU (1)

Hukum Menuntut Ilmu

Rasulullah shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam bersabda :

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim.”

[Shahih, HR. Al-Baihaqi dan lainnya dari anas dan lainnya. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani, lihat Shahihul Jam’ no. 3913](RJ2, m/s76)

Definisi Ilmu

1- Secara etimologis : ilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai kenyataannya dengan pengetahuan yang mantap.

2- Secara Terminologi Syariat : ilmu adalah apa yang ALLAH s.w.t turunkan kepada RasulNYA berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, atau mengetahui Al-Quran dan As-Sunnah, serta ucapan para sahabat yang menafsirkan keduanya dan mengamalkannya dengan diiringi rasa takut kepada ALLAH.


Keutamaan Ilmu Syariat

1- Ilmu adalah warisan para nabi :

a- Allah s.w.t berfirman :

§ ثُمَّ أَوۡرَثۡنَا ٱلۡكِتَـٰبَ ٱلَّذِينَ ٱصۡطَفَيۡنَا مِنۡ عِبَادِنَاۖ

“kemudian Kami jadikan Al- Quran itu diwarisi oleh orang-orang Yang Kami pilih dari kalangan hamba-hamba kami;..” [Faathir 35:32]


b- Rasulullah s.a.w bersabda :

“..Para Ulama adalah pewaris para Nabi dan Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, akan tetapi mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambilnya bererti ia telah mengambil bagian yang cukup”

[Shahih, HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Alban dalam Shahihul Jami no. 6297](RJ2, m/s 75)


c- Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu ‘Abbas r.a tentang firman Allah s.w.t :

“kemudian Kami jadikan Al- Quran itu diwarisi oleh orang-orang Yang Kami pilih dari kalangan hamba-hamba kami”

Ia (Ibnu ‘Abbas) berkata :

Mereka adalah ummat Muhammad s.a.w, yang diwariskan oleh Allah s.w.t kepada mereka setiap kitab yang diturunkanNYA. Lalu, orang yang menganiaya diri mereka sendiri di antara mereka akan di ampuniNYA, orang yang pertengahan akan dihisab secara ringan dan orang yang berlumba berbuat kebaikan akan dimasukkan kedalam Surga tanpa hisab.” [RJ1, Jilid 7, m/s 417]


2- Allah s.w.t Mengangkat Derajat Orang-orang Yang Berilmu

a- Firman Allah s.w.t :

يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَـٰتٍ۬‌ۚ 4

“..supaya Allah meninggikan darjat orang-orang Yang beriman di antara kamu, dan orang-orang Yang diberi ilmu pengetahuan ugama (dari kalangan kamu) beberapa darjat..”[Al-Mujadalah 58:11]


b- Tafsir Ibnu Katsir bagi ayat di atas:

“Janganlah kalian berkeyakinan bahawa jika salah seorang di antara kalian memberi kelapangan kepada saudaranya, baik yang datang maupun yang akan pergi, bahawa hal itu akan mengurangi haknya. Bahkan hal itu merupakan ketinggian dan perolehan martabat di sisi Allah s.w.t. Dan Allah tidak menyia-nyiakan hal tersebut, bahkan Dia akan memberikan balasan kepadanya di dunia dan di akhirat. Sesungguhnya orang yang merendahkan diri karena Allah, maka Allah akan mengangkat derajatnya dan akan memasyurkan namanya.” [RJ1, Jilid 9, m/s 344]


c- Imam Ahmad meriwayatkan :

Dari Abuth Thufail ‘Amir bin Watsilah, bahwa Nafi’ bin ‘Abdil Hariths pernah bertemu dengan ‘Umar bin Al Khaththab di Asafan. ‘Umar mengangkatnya menjadi pemimpin Makkah lalu ‘Umar berkata kepadanya :

“Siapakah yang engkau angkat sebagai khalifah atas penduduk lembah?”

Ia menjawab :

“Yang aku angkat sebagai khalifah atas mereka adalah Ibnu Abzi, salah seorang budak kami yang telah merdeka.”

Maka ‘Umar bertanya :

“Benarkah engkau telah mengangkat seorang mantan budak sebagai pemimpin mereka?”

Dia pun berkata :

“Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya dia adalah seorang yang ahli membaca Kitabullah (Al Quran), memahami ilmu fara-idh dan pandai berkisah.”

Lalu ‘Umar r.a berkata :

Sesungguhnya Nabi Kalian telah bersabda : “Sesungguhnya Allah mengangkat dengan Kitab ini (Al Quran) suatu kaum dan merendahkan dengannya sebagian yang lain”

[HR. Muslim dari az-Zuhri. Dan hadis yang sama juga diriwayatkan melalui jalan dar Umar r.a](RJ1, Jilid 9, m/s 344-345)


3- Ilmu Akan Dimanfaatkan Oleh Pemiliknya Meskipun Ia Telah Meninggal Dunia

Disebutkan dalam hadis Nabi s.a.w, Dari Abu Hurairah r.a:

اِذَا مَاتَ اْلاِنْسَـان اِنـْقـَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ اِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ : صَدَقَـةٍ جَارِيَةٍ ، اَوْعِلْمٍ يـُنـْتـَفَعُ بـِهِ ، أوْوَلـَدٍ صَالحٍ يـَدْعُـوْلَهُ

"Jika seorang manusia meninggal maka amalannya terputus kecuali tiga perkara: Sedekah jariah, ilmu yang dimanfaatkan atau anak soleh yang mendoakannya."[Shahih, HR. Muslim](RJ2,m/s 76)


4- Ilmu Adalah Tanda Keinginan Yang Baik Dari Allah S.W.T Kepada Manusia

a- Allah Berfirman :

يُؤۡتِى ٱلۡحِڪۡمَةَ مَن يَشَآءُ‌ۚ وَمَن يُؤۡتَ ٱلۡحِڪۡمَةَ فَقَدۡ أُوتِىَ خَيۡرً۬ا ڪَثِيرً۬ا‌ۗ وَمَا يَذَّڪَّرُ إِلَّآ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَـٰبِ (٢٦٩


“Allah memberikan hikmat kebijaksanaan (ilmu Yang berguna) kepada sesiapa Yang dikehendakiNya (menurut aturan Yang ditentukanNya). dan sesiapa Yang diberikan hikmat itu maka Sesungguhnya ia telah diberikan kebaikan Yang banyak. dan tiadalah Yang dapat mengambil pengajaran (dan peringatan) melainkan orang-orang Yang menggunakan akal fikirannya.”[Al Baqarah 2:269]


b- Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ

“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan kepadanya, niscaya Allah akan pahamkan dia tentang agama(nya).”[Shahih, HR ahmad dan Ibnu majah dari Mu’awiyah r.a, lihat Sahih Al-Jami, no 6612](RJ2, m/s 76)


c- Ibnu Katsir menafsirkan surah Al Baqarah ayat 269 :

Ali Bin Abi Thalhah menceritakan dari Ibnu Abbas : “Iaitu pengetahuan dari Al-Quran, yang meliputii ayat-ayat nasikh dan mansukh, muhkam dan mutasyabih, yang didahulukan dan yang diakhiri, halal dan haram, dan semisalnya.”

Ibnu Abi Najih menceritakan dari Mujahid : “Yang dimaksudkan dengan hikmah disini adalah tepat dalam ucapan”.

Sedangkan Abul ‘Aliyah mengatakan : “Hikmah bererti rasa takut kepada Allah s.w.t, kerana sesungguhnya rasa takut kepada Allah merupakan pokok dari setiap hikmah.”

Ibrahim an-Nakha’I mengemukakan : “Hikmah bererti pemahaman.”

Ibnu Wahab menceritakan dari Malik, Zaid Bin Aslam mengatakan : “Hikmah bererti akal.”

Dan Imam Nalik mengatakan : “Sesunguhnya terbetik dihatiku bahawa hikmah itu adalah pemahaman tentang agama Allah dan sesuatu yang dimasukkan Allah kedalam hati yang berasal dari rahmat dan kurniaanNYA. Yang dapat memperjelaskan hal itu adalah bahawa anda mungkin mendapatlkan seseorang yang ahli dalam urusan dunianya, jika ia berbicara tentangnya. Dan anda mendapatkan orang lain yang lemah dalam urusan dunianya tetapi ia sangat ahli dan luas pandagannya dalam bidang agama, ini merupakan kurniaan yang diberikan kepadanya dan dihalangi dari oang yang pertama. Jadi hikmah bererti pemahaman dalam agama Allah Ta’aala”. Sedangkan As-Suddi mengemukakan :”Hikmah bererti kenabian.”

Dan FirmanNYA : “. dan tiadalah Yang dapat mengambil pengajaran (dan peringatan) melainkan orang-orang Yang menggunakan akal fikirannya.” Tidak ada yang mengambil pelajaran dari sesuatu nasihat dan peringatan kecuali orang-orang yang memiliki hati dan akal, iaitui ia memahami apa yang sednag dibicarakan dan makna yang terkandung dalam firman Allah.


5- Ilmu Adalah Penunjuk Jalan Ke Syurga Bagi HambaNYA:

a- Dalam hadis disebutkan:

من سلك طريقاً يلتمس فيه علما سهل الله له طريقاً إلى الجنة

“Barang siapa menití jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah memudahkannya jalan menuju syurga.”[Shahih, HR Muslim](RJ2, m/s 76)


6- Orang Yang Berilmu Adalah Orang Yang Benar-Benar Takut Kepada Allah

a- Firman Allah s.w.t :

إِنَّمَا يَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَـٰٓؤُ3

“Sebenarnya Yang menaruh bimbang dan takut (melanggar perintah) Allah dari kalangan hamba-hambaNya hanyalah orang-orang Yang berilmu.” [Fathir 35:28]


RUJUKAN :

Rj1- Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7, 9, 10, Peneliti: DR. ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Pustaka Imam asy-Syafi’I,

RJ2- Asy Syariah : Ilmiah dan Mudah Difahami – Bundel Edisi 1-4, Kewajiban Menuntut Ilmu, Penerbit Oase Media.

Penyusun : Mohd Jusharil Bin Juang

Email : Jawzril84@gmail.com

YM : jawzril84@yahoo.com


No comments:

Post a Comment