Thursday, December 16, 2010

Musafir : Tawau-Sandakan-Kota Kinabalu

27-29 ZulHijjah 1431

Dah lama tidak bermusafir panjang seperti ni, rasanya yang akhir sekali 6 bulan yang lalu sebelum saya ditawarkan bekerja di Putrajaya. Kali ini tujuan ke tawau adalah untuk menghadiri jemputan kawin seorang sahabat rapat yang di ijabkabulkan di sana. Rasanya selama tiga hari saya disana tiada perubahan yang ketara sangat di tawau dari segi pembangunan dan juga sosial masyarakatnya di sana.

Alhamdulillah, perlaksanaan walimatul urus sahabat tersebut berjalan lancar dan ikutan dari segi adat suku kaum sana mungkin kurang bagi pandangan saya, mugkin juga di sebabkan bapa dan keluarga pengantin perempuan yang tahu tentang batas-batas agama dalam perlaksanaan walimatul urus. Walaupun walimatul urus yang di laksanakan belum lagi memenuhi syariat islam yang sebenar seperti yang di anjurkan dalam islam, tetapi ada usaha dalam melakukan perubahan dalam menerapkan majlis perkhawinan yang islamic. Ana doakan :

بَارَكَ اللَّهُ لَكُمْ وَبَارَكَعَلَيْكُمْ

"Semoga Allah memberkati kamu dan melimpahkan berkat kepada kamu". [Musnad Ahmad no1648]

Kepada sahabat yang ana kasihi Mohd Hisham Bin Abdul Dor dan pasangannya Nurul Ashikin Binti Mohd Noor.


Sunday, November 14, 2010

SABDA RASULULLAH MENGENAI LARANGAN MENSYIRIKKAN ALLAH

1- Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, dari Rasulullah s.a.w,

Beliau bersabda : “’Jauhilah tujuh perkara muubiqaat (yang mendatangkan kebinasaan)!’

Para sahabat bertanya : ‘Apakah ketujuh perkara itu, wahai Rasulullah?’

Rasulullah s.a.w menjawab : Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang dibenarkan syariat, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri dari medan pertempuran*1, melontarkan tuduhan zina terhadap wanita-wanita mukminah yang terjaga dari perbuatan dosa dan tidak tahu menahu dengannya’” [HR Al Bukhari (2766) dan Muslim (89)] – RJ1,Jilid1,ms18-19

Friday, November 12, 2010

PENGHARAMAN SYIRIK MELALUI FIRMAN-NYA


وَٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ شَيۡـًٔ۬ا‌ۖ

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.” [An Nisaa’ 4:36]

¨إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغۡفِرُ أَن يُشۡرَكَ بِهِۦ وَيَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَٲلِكَ لِمَن يَشَآءُ‌ۚ وَمَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفۡتَرَىٰٓ إِثۡمًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” [An Nisaa’ 4:48]

¨إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغۡفِرُ أَن يُشۡرَكَ بِهِۦ وَيَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَٲلِكَ لِمَن يَشَآءُ‌ۚ وَمَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ ضَلَّ ضَلَـٰلاَۢ بَعِيدًا

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” [An Nisaa’ 4:116]

ô إِنَّهُ ۥ مَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ ٱلۡجَنَّةَ وَمَأۡوَٮٰهُ ٱلنَّارُ‌ۖ وَمَا لِلظَّـٰلِمِينَ مِنۡ أَنصَارٍ۬

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.[Al Maa-idah 5:72]

وَمَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ ٱلسَّمَآءِ فَتَخۡطَفُهُ ٱلطَّيۡرُ أَوۡ تَهۡوِى بِهِ ٱلرِّيحُ فِى مَكَانٍ۬ سَحِيقٍ۬

“Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, Maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.”[Al Hajj 22:31]

وَلَقَدۡ أُوحِىَ إِلَيۡكَ وَإِلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكَ لَٮِٕنۡ أَشۡرَكۡتَ لَيَحۡبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَـٰسِرِينَ

Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang-orang yang merugi.””[Az Zumar 39:65]

وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَـٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُ ۥ يَـٰبُنَىَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ‌ۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٌ۬

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar"”.[Luqman 31:13]

Wednesday, August 11, 2010

KEWAJIBAN PUASA DAN KELEBIHAN RAMADHAN

Dalil Kewajiban Berpuasa

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡڪُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِڪُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,”[Al Baqarah 2 : 183]


1-Syarah Kitab Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin :

Faedah dari firman Allah yang menyebutkan “sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu”, iaitu :
a- Puasa merupakan ibadah yang penting, dimana Allah s.w.t juga mewajibkannya kepada umat-umat sebelum kita. Ini menunjukkan kecintaan Allah s.w.t kepada ibadah puasa tersebut dan bahawa ia merupakan ibadah yang harus di laksanakan oleh setiap umat
b- Keringanan yang diberikan bagi umat ini, dimana ia bukan merupakan satu-satunya umat yang mendapatkan kewajiban puasa, yang barangkali memberatkan jiwa maupun badan.

c- Isyarat bahawa Allah Ta’ala telah menyempurnakan agama umat ini, dimana DIA telah menyempurnakannya dengan amalan-amalan utama yang terdapat pada umat-umat sebelumnya.

Dalam ayat ini Allah s.w.t menjelaskan hikmah puasa, iaitu dengan firmannya “agar kamu bertakwa,” , Ertinya agar kamu bertakwa kepada Allah berkat puasa dan berbagai amalan yang terkandung di dalamnya yang merupakan sifat-sifat ketakwaan. Nabi s.a.w telah mengisyaratkan faedah ini dalam sabdanya yang bermaksud:

“barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan perilaku jahat, maka Allah tidak membutuhkan dia meninggalkan makan dan minumnya (Allah tidak membutuhkan puasanya, -penerj.)”[HR. Al Bukhari dalam kitabun ‘sh-Shoum, bab:”man lam yada’ Qoula ‘z-zuri wal ‘Amala bihi ‘sh-Shoum”](RJ1, m/s 124-125)


Friday, July 16, 2010

Permusuhan orang Yahudi Dan Nasrani Serta Larangan Mengikuti Mereka

وَلَن تَرۡضَىٰ عَنكَ ٱلۡيَہُودُ وَلَا ٱلنَّصَـٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَہُمۡ‌ۗ قُلۡ إِنَّ هُدَى ٱللَّهِ هُوَ ٱلۡهُدَىٰ‌ۗ وَلَٮِٕنِ ٱتَّبَعۡتَ أَهۡوَآءَهُم بَعۡدَ ٱلَّذِى جَآءَكَ مِنَ ٱلۡعِلۡمِ‌ۙ مَا لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن وَلِىٍّ۬ وَلَا نَصِيرٍ (١٢٠)


“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak sekali-kali akan bersetuju atau suka kepadamu (Wahai Muhammad) sehingga Engkau menurut ugama mereka (yang telah terpesong itu). Katakanlah (kepada mereka): "Sesungguhnya petunjuk Allah (ugama Islam itulah petunjuk Yang benar)". dan Demi Sesungguhnya jika Engkau menurut kehendak hawa nafsu mereka sesudah datangnya (wahyu Yang memberi) pengetahuan kepadamu (tentang kebenaran), maka tiadalah Engkau akan peroleh dari Allah (sesuatupun) Yang dapat mengawal dan memberi pertolongan kepada mu.”[Al Baqarah 2 : 120]

Setiap Insan Saling Memerlukan

Dalam kehidupan ini tiada yang satu melainkan DIA,

Kerna DIA lah ALLAH, yang Maha Esa,

Pencipta kepada manusia yang saling memerlukan,

Memerlukan bantuan,

Memerlukan kasih sayang,

Memerlukan pekerjaan,

Memerlukan ilmu untuk mengenal DIA,

Agar tidak tersesat di dunia yang fana ini,

Dan memerlukan segala-galanya,

Untuk mcapai matlamat di hati.


Tapi dalam mencapai matlamat yang di ingin,

Pasti ada ujian yang perlu dilalui,

Pasti ada kegagalan, untuk capai kejayaan,

Pasti ada kesedihan, untuk capai kegembiraan,

Pasti ada kekurangan, untuk capai kesempurnaan,

Pasti ada kelemahan, untuk capai kekuatan,

Pasti ada kesengsaraan, untuk capai kebahagian,

Pasti ada kesakitan, untuk capai kesihatan,

Pasti ada kesempitan, untuk capai kelapangan,

Pasti ada kebodohan, untuk capai kebijaksanaan,

Dan perlu ada ujianNYA, untuk capai keredaaNYA,


Setiap yang keseorangan, pasti ada yang akan menemaninya,

Setiap yang terluka, pasti ada yang akan mengubatinya,

Setiap kesunyian, pasti ada yang memberikan kegembiraan,

Setiap yang hidup, pasti ada akan menemui kematian,

Setiap yang bermula, pasti ada akhirnya,

Setiap hambaNYA, pasti akan memerlukanNYA,

Kerna manusia tidak akan sempurna, jika DIA tiada di dalam hati kita.

Penulis : Mohd Jusharil Juang

Monday, June 28, 2010

KEWAJIBAN DALAM MENUNTUT ILMU (2)

SAMBUNGAN DARI KEWAJIBAN DALAM MENUNTUT ILMU (1)

Hukum Menuntut Ilmu

Rasulullah shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam bersabda :

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim.”

[Shahih, HR. Al-Baihaqi dan lainnya dari anas dan lainnya. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani, lihat Shahihul Jam’ no. 3913](RJ2, m/s76)

Definisi Ilmu

1- Secara etimologis : ilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai kenyataannya dengan pengetahuan yang mantap.

2- Secara Terminologi Syariat : ilmu adalah apa yang ALLAH s.w.t turunkan kepada RasulNYA berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, atau mengetahui Al-Quran dan As-Sunnah, serta ucapan para sahabat yang menafsirkan keduanya dan mengamalkannya dengan diiringi rasa takut kepada ALLAH.


Keutamaan Ilmu Syariat

1- Ilmu adalah warisan para nabi :

a- Allah s.w.t berfirman :

§ ثُمَّ أَوۡرَثۡنَا ٱلۡكِتَـٰبَ ٱلَّذِينَ ٱصۡطَفَيۡنَا مِنۡ عِبَادِنَاۖ

“kemudian Kami jadikan Al- Quran itu diwarisi oleh orang-orang Yang Kami pilih dari kalangan hamba-hamba kami;..” [Faathir 35:32]


b- Rasulullah s.a.w bersabda :

“..Para Ulama adalah pewaris para Nabi dan Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, akan tetapi mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambilnya bererti ia telah mengambil bagian yang cukup”

[Shahih, HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Alban dalam Shahihul Jami no. 6297](RJ2, m/s 75)


c- Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu ‘Abbas r.a tentang firman Allah s.w.t :

“kemudian Kami jadikan Al- Quran itu diwarisi oleh orang-orang Yang Kami pilih dari kalangan hamba-hamba kami”

Ia (Ibnu ‘Abbas) berkata :

Mereka adalah ummat Muhammad s.a.w, yang diwariskan oleh Allah s.w.t kepada mereka setiap kitab yang diturunkanNYA. Lalu, orang yang menganiaya diri mereka sendiri di antara mereka akan di ampuniNYA, orang yang pertengahan akan dihisab secara ringan dan orang yang berlumba berbuat kebaikan akan dimasukkan kedalam Surga tanpa hisab.” [RJ1, Jilid 7, m/s 417]


2- Allah s.w.t Mengangkat Derajat Orang-orang Yang Berilmu

a- Firman Allah s.w.t :

يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَـٰتٍ۬‌ۚ 4

“..supaya Allah meninggikan darjat orang-orang Yang beriman di antara kamu, dan orang-orang Yang diberi ilmu pengetahuan ugama (dari kalangan kamu) beberapa darjat..”[Al-Mujadalah 58:11]


b- Tafsir Ibnu Katsir bagi ayat di atas:

“Janganlah kalian berkeyakinan bahawa jika salah seorang di antara kalian memberi kelapangan kepada saudaranya, baik yang datang maupun yang akan pergi, bahawa hal itu akan mengurangi haknya. Bahkan hal itu merupakan ketinggian dan perolehan martabat di sisi Allah s.w.t. Dan Allah tidak menyia-nyiakan hal tersebut, bahkan Dia akan memberikan balasan kepadanya di dunia dan di akhirat. Sesungguhnya orang yang merendahkan diri karena Allah, maka Allah akan mengangkat derajatnya dan akan memasyurkan namanya.” [RJ1, Jilid 9, m/s 344]


c- Imam Ahmad meriwayatkan :

Dari Abuth Thufail ‘Amir bin Watsilah, bahwa Nafi’ bin ‘Abdil Hariths pernah bertemu dengan ‘Umar bin Al Khaththab di Asafan. ‘Umar mengangkatnya menjadi pemimpin Makkah lalu ‘Umar berkata kepadanya :

“Siapakah yang engkau angkat sebagai khalifah atas penduduk lembah?”

Ia menjawab :

“Yang aku angkat sebagai khalifah atas mereka adalah Ibnu Abzi, salah seorang budak kami yang telah merdeka.”

Maka ‘Umar bertanya :

“Benarkah engkau telah mengangkat seorang mantan budak sebagai pemimpin mereka?”

Dia pun berkata :

“Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya dia adalah seorang yang ahli membaca Kitabullah (Al Quran), memahami ilmu fara-idh dan pandai berkisah.”

Lalu ‘Umar r.a berkata :

Sesungguhnya Nabi Kalian telah bersabda : “Sesungguhnya Allah mengangkat dengan Kitab ini (Al Quran) suatu kaum dan merendahkan dengannya sebagian yang lain”

[HR. Muslim dari az-Zuhri. Dan hadis yang sama juga diriwayatkan melalui jalan dar Umar r.a](RJ1, Jilid 9, m/s 344-345)


3- Ilmu Akan Dimanfaatkan Oleh Pemiliknya Meskipun Ia Telah Meninggal Dunia

Disebutkan dalam hadis Nabi s.a.w, Dari Abu Hurairah r.a:

اِذَا مَاتَ اْلاِنْسَـان اِنـْقـَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ اِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ : صَدَقَـةٍ جَارِيَةٍ ، اَوْعِلْمٍ يـُنـْتـَفَعُ بـِهِ ، أوْوَلـَدٍ صَالحٍ يـَدْعُـوْلَهُ

"Jika seorang manusia meninggal maka amalannya terputus kecuali tiga perkara: Sedekah jariah, ilmu yang dimanfaatkan atau anak soleh yang mendoakannya."[Shahih, HR. Muslim](RJ2,m/s 76)


4- Ilmu Adalah Tanda Keinginan Yang Baik Dari Allah S.W.T Kepada Manusia

a- Allah Berfirman :

يُؤۡتِى ٱلۡحِڪۡمَةَ مَن يَشَآءُ‌ۚ وَمَن يُؤۡتَ ٱلۡحِڪۡمَةَ فَقَدۡ أُوتِىَ خَيۡرً۬ا ڪَثِيرً۬ا‌ۗ وَمَا يَذَّڪَّرُ إِلَّآ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَـٰبِ (٢٦٩


“Allah memberikan hikmat kebijaksanaan (ilmu Yang berguna) kepada sesiapa Yang dikehendakiNya (menurut aturan Yang ditentukanNya). dan sesiapa Yang diberikan hikmat itu maka Sesungguhnya ia telah diberikan kebaikan Yang banyak. dan tiadalah Yang dapat mengambil pengajaran (dan peringatan) melainkan orang-orang Yang menggunakan akal fikirannya.”[Al Baqarah 2:269]


b- Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ

“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan kepadanya, niscaya Allah akan pahamkan dia tentang agama(nya).”[Shahih, HR ahmad dan Ibnu majah dari Mu’awiyah r.a, lihat Sahih Al-Jami, no 6612](RJ2, m/s 76)


c- Ibnu Katsir menafsirkan surah Al Baqarah ayat 269 :

Ali Bin Abi Thalhah menceritakan dari Ibnu Abbas : “Iaitu pengetahuan dari Al-Quran, yang meliputii ayat-ayat nasikh dan mansukh, muhkam dan mutasyabih, yang didahulukan dan yang diakhiri, halal dan haram, dan semisalnya.”

Ibnu Abi Najih menceritakan dari Mujahid : “Yang dimaksudkan dengan hikmah disini adalah tepat dalam ucapan”.

Sedangkan Abul ‘Aliyah mengatakan : “Hikmah bererti rasa takut kepada Allah s.w.t, kerana sesungguhnya rasa takut kepada Allah merupakan pokok dari setiap hikmah.”

Ibrahim an-Nakha’I mengemukakan : “Hikmah bererti pemahaman.”

Ibnu Wahab menceritakan dari Malik, Zaid Bin Aslam mengatakan : “Hikmah bererti akal.”

Dan Imam Nalik mengatakan : “Sesunguhnya terbetik dihatiku bahawa hikmah itu adalah pemahaman tentang agama Allah dan sesuatu yang dimasukkan Allah kedalam hati yang berasal dari rahmat dan kurniaanNYA. Yang dapat memperjelaskan hal itu adalah bahawa anda mungkin mendapatlkan seseorang yang ahli dalam urusan dunianya, jika ia berbicara tentangnya. Dan anda mendapatkan orang lain yang lemah dalam urusan dunianya tetapi ia sangat ahli dan luas pandagannya dalam bidang agama, ini merupakan kurniaan yang diberikan kepadanya dan dihalangi dari oang yang pertama. Jadi hikmah bererti pemahaman dalam agama Allah Ta’aala”. Sedangkan As-Suddi mengemukakan :”Hikmah bererti kenabian.”

Dan FirmanNYA : “. dan tiadalah Yang dapat mengambil pengajaran (dan peringatan) melainkan orang-orang Yang menggunakan akal fikirannya.” Tidak ada yang mengambil pelajaran dari sesuatu nasihat dan peringatan kecuali orang-orang yang memiliki hati dan akal, iaitui ia memahami apa yang sednag dibicarakan dan makna yang terkandung dalam firman Allah.


5- Ilmu Adalah Penunjuk Jalan Ke Syurga Bagi HambaNYA:

a- Dalam hadis disebutkan:

من سلك طريقاً يلتمس فيه علما سهل الله له طريقاً إلى الجنة

“Barang siapa menití jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah memudahkannya jalan menuju syurga.”[Shahih, HR Muslim](RJ2, m/s 76)


6- Orang Yang Berilmu Adalah Orang Yang Benar-Benar Takut Kepada Allah

a- Firman Allah s.w.t :

إِنَّمَا يَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَـٰٓؤُ3

“Sebenarnya Yang menaruh bimbang dan takut (melanggar perintah) Allah dari kalangan hamba-hambaNya hanyalah orang-orang Yang berilmu.” [Fathir 35:28]


RUJUKAN :

Rj1- Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7, 9, 10, Peneliti: DR. ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Pustaka Imam asy-Syafi’I,

RJ2- Asy Syariah : Ilmiah dan Mudah Difahami – Bundel Edisi 1-4, Kewajiban Menuntut Ilmu, Penerbit Oase Media.

Penyusun : Mohd Jusharil Bin Juang

Email : Jawzril84@gmail.com

YM : jawzril84@yahoo.com


Saturday, June 26, 2010

KEWAJIBAN DALAM MENUNTUT ILMU (1)

ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ (1) خَلَقَ ٱلۡإِنسَـٰنَ مِنۡ عَلَقٍ (2) ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ (3) ٱلَّذِى عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ (4) عَلَّمَ ٱلۡإِنسَـٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ (5

bacalah (Wahai Muhammad) Dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan (sekalian makhluk) [1] ia menciptakan manusia dari sebuku darah beku [2] Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah, [3] Yang mengajar manusia melalui Pena dan tulisan,[4] ia mengajarkan manusia apa Yang tidak diketahuinya [5] {Al Alaq 96 : 1-5}

Ayat yang pertama sehingga ayat ke lima dalam surah Al Alaq (Segumpal Darah) merupakan wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad s.a.w melalui perantaraan iaitu malaikat jibril semasa nabi mengasingkan diri daripada masyarakat di dalam Gua Hira untuk beribadah kepada ALLAH s.w.t.

Keluhuran Manusia Dan Kemuliaannya Adalah Ilmu

1-Tafsir Ibnu Katsir :

Di dalam ayat-ayat tersebut juga termuat peringatan mengenai permulaan penciptaan manusia dari segumpal darah. Dan bahawasanya diantara kemurahan ALLAH s.w.t adalah DIA mengajarkan kepada manusia apa yang tidak di ketahuinya. Dengan demikian, DIA telah memuliakannya dengan ilmu. Dan itulah hal yang menjadikan bapa umat ini, Adam a.s mempunyai kelebihan atas malaikat. Terkadang, ilmu berada di dalam akal fikiran dan terkadang juga berada dalam lisan. Juga terkadang berada dalam tulisan. Secara akal, lisan dan tulisan mengharuskan perolehan ilmu dan tidak sebaliknya.”

“Didalam atsar di sebutkan : ‘Ikatlah ilmu itu dengan tulisan.’[HR. Al-Khatib Al-Baghdadi dalam taqyidul Ilmi dan Ibnu Abdil Bar dalam Jami’ bayanil ‘Ilmi no.396 dari anas Bin Malik r.a dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam footnote Kitabul ‘ilmi kary Ibnu Abi Khaitsamah no 55]

Selain itu, di dalam atsar juga disebutkan :’Barangsiapa mengamalkan apa yang diketahuinya, maka ALLAH akan mewariskan kepadanya apa yang tidak diketahuinya sebelumnya’.”[RJ1, m/s 311]

2-Rasulullah s.a.w bersabda :

“Barangsiapa yang menempuh perjalanan untuk menuntut ilmu, niscaya dengan hal itu Allah akan menjadikannya berada pada jalan syurga. Sesungguhnya para Malaikat meletakkan sayap-sayapnya karena ridha kepada penuntut ilmu dan semua yang ada di langit dan di bumi akan memintakanampunan bagi penuntut ilmu, hingga ikan-ikan di dalam air. Keutamaan orang yang berilmu dibandingkan dengan orang yang beribadah, seperti keutamaan bulan dibandingkan dengan seluruh bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi itu tidak mewariskan dinar dan dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya, maka bererti dia telah mengambil bagian (keberuntungan) yang amat besar.”[Diriwayatkan pula oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah](RJ1, Jilid 7,m/s 419)

BERSAMBUNG KEWAJIBAN DALAM MENUNTUT ILMU (2)

Rujukan :

Rj1- Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7, 10, Peneliti: DR. ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Pustaka Imam asy-Syafi’I.

Penyusun : Mohd Jusharil Bin Juang

Email : Jawzril84@gmail.com

YM : jawzril84@yahoo.com

Friday, June 25, 2010

JAMAK

Pengertian Jamak

1-Ibnu ‘Abbas radhiallahu 'anhu:

“Inginkah tuan-tuan saya ceritakan perihal sembahyang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sewaktu sedang dalam perjalanan.”

Ujar kami: “Baik.”

Katanya: “Jika baginda masih berada di rumah semasa matahari telah tergelincir (masuknya waktu Zuhur), baginda jamakkan Zuhur dengan Asar (jamak taqdim) sebelum berangkat, tapi kalau belum lagi tergelincir, maka baginda berjalan hingga nanti bila waktu Asar masuk baginda pun berhenti dan menjamak sembahyang Zuhur dengan Asar (jamak ta’khir). Begitu juga jika selagi baginda di rumah waktu Maghrib sudah masuk, baginda jamaklah sembahyang Maghrib dengan Isyak, tetapi kalau waktu belum lagi masuk, baginda terus sahaja berangkat dan nanti bila waktu Isyak tiba, baginda pun berhenti untuk menjamak sembahyang Maghrib dan Isyak itu.”

[Hadis riwayat Imam Ahmad dalam Musnad Ahmad, hadis no. 3480 dan dinilai sahih oleh Syu‘aib al-Arna’uth. Bagi Musnad Ahmad edisi 6 jilid, rujuk jld. 1, ms. 367-368.] (RJ1, m/s 13)


2-Bahawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sewaktu perang Tabuk, selalu menjamak sembahyang Zuhur dengan Asar (jamak taqdim-pen) bila berangkat sesudah tergelincir matahari (setelah masuk waktu Zuhur), tetapi apabila berangkatnya sebelum matahari tergelincir (sebelum waktu Zuhur) maka sembahyang Zuhur diundurkan baginda, dan dihimpunnya sekali dengan Asar (jamak ta’khir-pen). Begitu pula dalam sembahyang Maghrib, iaitu sekiranya baginda berangkat sesudah matahari terbenam (telah masuk waktu Maghrib), dijamaknya Maghrib dengan Isyak (jamak taqdim-pen), tetapi kalau berangkatnya itu sebelum matahari terbenam, diundurkannyalah Maghrib itu sampai waktu Isyak dan dijamaknya dengan sembahyang Isyak (jamak ta’khir).

[Hadis riwayat Imam Abu Dawud dan dinilai sahih oleh al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud, Kitab al-Shalah, hadis no. 1208.] (RJ1, m/s 45)

Jamak Ketika Tidak Bermusafir

1-hadis dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu 'anhu, dia berkata:

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersembahyang di Madinah (bukan dalam musafir) sebanyak tujuh dan lapan rakaat iaitu dengan menjamak Zuhur dan Asar serta Maghrib dan Isyak.

[Hadis riwayat Imam al-Bukhari dalam Shahih al-Bukhari, KitabMawaqif al-Shalah, hadis no. 543.] (RJ1, m/s 47)

2-Ibnu ‘Abbas radhiallahu 'anhu menerangkan:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menjamak sembahyang Zuhur dan Asar serta Maghrib dan Isyak di Madinah (bukan dalam musafir), bukan kerana dalam ketakutan atau hujan.”

Lalu orang bertanya kepada Ibnu ‘Abbas: “Kenapa Nabi shallallahu‘alaihi wasallam berbuat sedemikian?”

Jawabnya: “Baginda bertujuan agar tidak menyukarkan umatnya.”

[Hadis riwayat Imam Abu Dawud dan dinilai sahih oleh al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud, Kitab al-Shalah, hadis no. 1211.] (RJ1, m/s 47)

Penjelasan Hadis :

a- Syaikh al-Albani rahimahullah menjelaskan:

Hadis ini tidaklah seperti apa yang disangka oleh banyak para penuntut ilmu bahawa sembahyang (jamak) itu boleh dilakukan bila-bila sahaja tanpa pertimbangan dan tanpa alasanpun.Tetapi jika ada sesuatu yang memberatkan untuk dilaksanakan sembahyang pada waktunya maka ketika itu boleh baginya menjamak sembahyang demi menghilangkan kesulitan tersebut, baik berupa jamak taqdim ataupun ta’khir. Sesungguhnya alasan syar’i dari sembahyang jamak ini adalah untuk menghilangkan kesulitan dari kaum Muslimin. Maka jika tidak ada kesulitan tidak boleh jamak, dan wajib bagi kita memahami hadis di atas secara sempurna. Dan kesempurnaan hadis tersebut adalah sebagai berikut:

Lalu orang bertanya kepada Ibnu ‘Abbas: “Kenapa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berbuat sedemikian?”

Jawabnya: “Baginda bertujuan agar tidak menyukarkan umatnya.”


Dengan adanya sembahyang jamak yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan mukim dan tanpa uzur turunnya hujan bukan bererti semua orang boleh menjamak sembahyang tanpa adanya kesulitan.

[Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Fatwa-Fatwa Albani, (Edisi terjemahan oleh Adni Kurniawan, Pustaka At Tauhid, Jakarta 2002), ms. 88-89.](RJ1, m/s47-48)

b- Syaikh Sayyid Sabiq rahimahullah berkata:

Dalam Syarah Muslim, Imam al-Nawawi rahimahullah berkata: “Beberapa imam membolehkan jamak bagi orang yang tidak musafir, bila ia ada suatu kepentingan, asal sahaja hal itu tidak dijadikan kebiasaan. Ini juga merupakan pendapat Ibnu Sirin dan Asyhab dari golongan Maliki, dan menurut al-Khaththabi juga pendapat al-Quffal dan al-Syasy al-Kabir dari golongan Syafi’i, juga dari Ishak Marwazi dan dari jemaah ahli hadis, serta inilah pula yang dipilih oleh Ibnul Mundzir.

[Syaikh Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, jld. 2, ms. 227.](RJ1, m/s 50)

c- Ibnu Taymiyyah berkata:

Mazhab Fiqh yang paling longgar dalam masalah menjamak sembahyang adalah mazhab al-Imam Ahmad. Sebab beliau telah membolehkan menjamak antara dua sembahyang hanya disebabkan adanya keperluan ataupun ketika sedang sibuk.

[Syaikh Abu Ubaidah Masyhur, Total Koreksi Ritual Shalat, ms. 411.](RJ1, 49)

Rujukan :

RJ1 - Sembayang Jamak Dan Qasar Adalah Sedekah ALLAH, Penulis: Mohd Yaakub bin Mohd Yunus, Cetakan Pertama: 2005, Penerbit: Perniagaan Jahabersa

Penyusun : Mohd Jusharil Bin Juang

Email : Jawzril84@gmail.com

YM : jawzril84@yahoo.com